GBI ROCK MAKASSAR

Representative of Christ Kingdom in Makassar

Kingdom Covering June 4, 2008

Pdm. Jocis Halim S.Th.

17 Desember 2006

Kingdom Covering

Saat ini kita sedang berada pada sebuah masa dimana terjadinya pergeseran (shifting) dari era institusi/organisasi (gereja) menuju era Pribadi (baca: Kerajaan Allah). Pergeseran ini membawa manusia ke dalam khairos (waktu) Tuhan, yang bergerak untuk menjangkau jiwa. Bukan sekedar untuk institusi gereja saja melainkan kepada setiap orang percaya. Sebab ketika kita menjadi orang percaya, Kita harus menyerahkan diri kita ke dalam Kerajaan Allah. Ketika kita menjadi orang percaya, kita sedang masuk ke dalam perjanjian kekal, dimana seluruh totalitas kehidupan kita menjadi tanggung jawab Raja di atas segala raja itu.

Jika kita ingin tinggal dalam Kerajaan Allah maka gaya hidup kita harus selaras dengan nilai-nilai dalam Kerajaan itu. Sebab setiap warga kerajaan menjadi representatif dari sang raja. Misalnya: jika rajanya perompak, maka pastilah warganya adalah perompak. Representasi yang dimaksudkan bukan sekedar menjadi representasi dari ROCK atau denominasi gereja, melainkan kita menjadi “representasi dari Kerajaan Allah.”

MATIUS 2:1-15

Dari bacaan di atas, kita dapati 2 golongan manusia dan bagaimana cara mereka merespon berita kelahiran Yesus. Golongan pertama, adalah kelompok orang Majus (ay. 1-3). Siapa orang-orang Majus ini? Ada hal menarik yang kita dapati dari orang-orang Majus ini, dimana mereka tidak mengetahui tentang “Mesias”, kitab Taurat/nabi-nabi, penglihatan-penglihatan, nubuatan. Alkitab hanya menjelaskan bahwa mereka datang dari Timur mencari Raja yang baru lahir karena mereka telah melihat bintangNya. Bintang yang berbicara juga tentang “kebenaran kehidupan Yesus.” Ketika mereka melihat ‘bintang’ itu mereka tahu mereka sedang melihat akan kebenaran, yang menuntun mereka datang mencariNya.

Pertanyaan untuk kita renungkan:

Masih adakah suara Kebenaran itu yang menuntun kita untuk masuk dalam Kebenaran yang lebih dalam lagi?

Cukup puaskah kita dengan Kebenaran yang telah kita terima selama ini? Ataukah kita memiliki rasa lapar dan haus akan Kebenaran itu lebih dalam lagi, seperti pewahyuan yang dibukakan lebih lagi?

Keputusan ada pada kita. apakah kita mau datang pada Kebenaran itu lebih lagi (selalu memiliki rasa lapar dan haus), ataukah kita cukup puas dengan “kebenaran” yang kita miliki selama ini.

Hal menarik lain yang kita dapati dari orang Majus ini adalah bahwa mereka – setelah menemukan ‘Bintang’ itu – tidak datang dengan tangan kosong; tapi mereka datang dengan mempersembahan emas, kemenyan dan mur. Mereka yang bahkan tidak mengenal sama sekali akan siapa Raja itu, tapi mereka telah mempersiapkan persembahan-persembahan yang terbaik. Teladan apa yang kita temukan di sini? Yaitu bahwa apapun persembahan kita, baik itu berupa perpuluhan, persembahan umum, misi ataupun diakonia – kita telah mempersiapkan sebagai pemberian yang terbaik; sebab pemberian itu bukan untuk gereja tapi untuk Raja yaitu Tuhan Yesus.

Ada tiga persembahan orang Majus, yaitu emas, kemenyan dan mur. Emas itu gambaran dari barang yang berharga. Yang berharga dalam kehidupan kita bukan pada apa yang dalam genggaman tangan kita tapi apa yang ada dalam kita, yaitu hati kita. begitu juga dengan Raja di atas segala raja, Raja tidak memandang apa yang kita punya, harta kekayaan kita; melainkan yang dikehendaki Raja adalah persembahan hati kita sebagai persembahan terbaik. Persembahan kedua, kemenyan. Kemenyan berbicara tentang pujian dan penyembahan. Ini berarti saat kita menaikkan pujian dan penyembahan kita, mengerti bahwa itu ‘korban’ yang terbaik untuk Raja. Apapun masalah/persoalan kita, milikilah gaya hidup memuji dan menyembah Tuhan, itulah korban yang menyenangkan Raja (kesukaan Raja). Persembahan ketiga, mur. Terjemahan Inggris adalah “Myrrh” atau getah yang mengeluarkan wangi-wangian. Mur ini berbicara tentang ketekunan (lihat juga Ibrani 10:36). Setiap kita yang setia dan tekun melakukan kehendak Allah, janji Allah pasti tergenapi dalam kehidupan kita! Dalam dunia ini, perkara sesederhana apapun itu jika kita tidak tekun tentu tidak akan sukses mengerjakannya. Janji Tuhan itu pasti digenapi. Pertanyaannya adalah apakah kita tekun dalam melakukan Firman Tuhan. Sebab Tuhan meminta ketekunan kita sebagai persembahan terbaik bagiNya.

Golongan yang kedua, yaitu kelompok ahli Taurat dan imam kepala (ay. 4). Mereka ini adalah orang-orang yang selalu berkutat dengan hal-hal rohani, yang menyelidiki dan mempelajari hukum Taurat dan kitab para nabi. Mereka mengetahui bahwa Mesias akan lahir di Betlehem tapi mereka tidak berada di tempat sang Raja lahir (menolak kedatangan sang Raja). Mereka yang seharusnya menuntun bangsa Yahudi untuk datang dan menyembah Raja yang baru lahir itu, namun mereka menutup semua kebenaran itu. Mengapa? Karena mereka takut kehilangan otoritas dan pengikut dari bangsa Yahudi. Para ahli Taurat dan imam kepala takut bahwa orang Yahudi tidak akan mendengar mereka lagi, sebab bangsa itu pasti lebih mendengar perkataan Raja (Yesus, Mesias itu).

Hari ini sama, ketika perkataan (Firman) dari sang Raja itu turun dalam kehidupan kita, maka perkataan manusia tidak akan berarti apa-apa.

Mari kita renungkan, dari kedua golongan di atas dimanakah kita berada? Apakah kita datang menyambut Mesias itu hanya sebagai Tuhan ataukah juga sebagai Raja? Sebatas tradisi, terpesona dengan kuasa (kesembuhan & mukjizat) dan janji Tuhan ataukah kita merajakan Dia, Yesus, sebagai Raja yang memerintah dalam hati kita? Persembahkanlah hatimu sebagai persembahan yang terbaik. Tuhan senang dengan hati kita!

 

Benih Kerajaan

Pdm. Luther Dias
10 Desember 2006

“Benih Kerajaan”

Bacaan Firman Tuhan: Pengkhotbah 9:4

Setiap kita yang masih dapat bangun pagi hari ini, dan selama masih ada nafas pada kita, itu berarti masih ada pengharapan besar atas kita. Walaupun, ada masalah besar menghimpit kita. Sebab ada harapan besar bagi setiap orang yang masih hidup (bernafas).

Alkitab mengajarkan kita kali ini bahwa adalah lebih baik anjing yang hidup daripada singa yang mati. Singa dapat saja memiliki taring yang menyebabkan penampilannya kelihatan ganas dan buas, tapi jika singa tersebut mati maka yang semua dimiliki itu tiada bermanfaat sedikitpun. Hal yang sama berlaku untuk manusia juga, dimana kita dapat memiliki segalanya tapi apa artinya jika kita mati (meninggal), tidak ada pengharapan baginya.

Kita yang masih hidup hari ini, maka haruslah kita menatap masa depan, sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, berjanji adalah Allah yang setia dalam menepati setiap janjiNya. Mungkin hari ini kita belum melihat pertolongan Tuhan tapi percayalah dan tunggu waktunya Tuhan (khairos); dan bukannya waktunya manusia.(kronos).

Selama manusia hidup, pastilah ia ada memiliki pengharapan!

Kejadian 1:11,12,29

Ke tiga ayat di atas menceritakan tentang “tumbuhan berbiji.’ Saat kita makan bauh mangga, tentulah kita tidak ikut serta memakan biji mangga. Begitulah Allah, saat ia memberkati kita sebenarnya di situ ada unsur kesinambungan. Akan tetapi, acapkali kita “memakan habis” semua berkat Tuhan tersebut. Tanpa kita sadari di situ juga ada benih untuk kita tabur. Ada benih untuk dimakan dan ada pula benih untuk ditabur. Jikalau kita memakan habis semua benih yang ada maka pada saat menuai kita tidak akan menuai apapun juga, akibat dari tidak ada benih yang kita tabur. Mengapa Tuhan memberi kita benih? Sebab dalam benih itu ada kehidupan. Dan selama ada kehidupan maka pastilah ini dapat menimbulkan multiplikasi atau pelipatgandaan. Dan benih itu adalah Firman Allah (Lukas 8:11).

Setiap Allah memberkati kita pasti ada unsur kesinambungan.

Namun, sebelum benih tumbuh dan berkembang serta menghasilkan buah, maka benih itu harus ditanam mati terlebih dahulu. Ini berbicara mengenai kita, adakalanya Tuhan menghendaki pertumbuhan ke dalam (Tuhan mau berurusan dengan hati kita terlebih dahulu). Sekarang ini, banyak orang yang ingin langsung kelihatan (muncul keluar) tanpa mau terlebih dahulu dimatikam. Ini bukan ide orisinilnya Tuhan (sebab ide orisinilnya Tuhan adalah pertumbuhan ke dalam terlebih dahulu, berakar hingga menemukan “Sumber” yang sejati itu.)

I Yohanes 3:9.

Benih dalam bahasa aslinya ialah “sperma.” Jadi, sperma Ilahi ditambah ketaatan manusia, itu akan menjadi sebuah kekuatan yang powerfull. Benih Ilahi dapat juga berbicara tentang sifat Allah yang dilepaskan kepada manusia. Dan akan menjadi luar biasa dasyat dampaknya bila bertemu (digabungkan) dengan ketaatan manusia. Dan tujuan benih Kerajaan itu dilepaskan agar supaya kita hidup berpadanan dan diubahkan dengan Tuhan, misalnya tidak berbuat dosa lagi.

Setiap kali Tuhan mau melepaskan sesuatu maka dicariNyalah terlebih dahulu wadah, ada atau tidak. Tuhan cari wadah, yang tidak lain adalah manusia. Pertanyaannya adalah, “Apakah kita siap menjadi wadahNya?”

Matius 1:18-35

Agar dapat ‘benih Ilahi’ itu dilepaskan maka Tuhan memerlukan wadah. Tuhan ingin bekerjasama dengan manusia, contoh Maria. Jadi, hal-hal yang mempengaruhi Tuhan untuk melepaskan ‘benih Ilahi’ itu adalah:

  1. Kita harus menyiapkan wadah.

Dalam Matius 1:18-25, Maria menyiapkan wadah, yang tidak lain adalah kandungannya sendiri. Saat itu Maria masih remaja dan belum bersuami. Dan resiko wanita Yahudi yang hamil di luar nikah pada jaman itu adalah dilempari dengan batu sampai mati. Maria mengetahui akibat dari hal ini.

Saat pengharapan kita pada Tuhan, apapun resikonya, Dia atur segala sesuatunya.

Maria tahu, akibat dari hal ini adalah dapat berakibat hukuman mati, tapi Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38).

Adakalanya Tuhan mencari ketaatan lebih dari kemampuan kita. Contoh: Nuh (Kejadian 6) diperintah Allah untuk membangun sebuah bahtera dengan panjang 300 hasta, lebar 50 hasta dan tinggi 30 hasta di atas sebuah gunung. Dan Nuh melakukan seperti yang diperintahkan Allah. Hanya taat melakukan pembuatan bahtera itu.

Dari dalam diri kita harus ada memancarkan kehidupan kepada orang lain. Dalam Yohanes 7:38, wadah kita itu adalah hati yang tidak lain adalah rahimNya Allah (tempat mengandung janji-janjiNya). .

  1. Jangan takut (Matius 1:20).

Jangan takut dengan situasi apapun. Sekalipun banyak orang mengatakan bahwa tidak ada jaminan. Akan tetapi bersama Yesus ada jaminan akan pengharapan. Ketakutan itu membuat kekuatan kita berkurang. Waktu ketakutan itu datang, arahkan hati dan pandangan kita pada Yesus, yang memberi kemenangan (ada jalan keluar).

Jika kita memiliki ‘benih Ilahi’ maka kita akan memiliki keberanian sama seperti Bapa kita di sorga yang berani mengatakan kebenaran.

  1. Tunduk pada kehendak Allah (Matius 1:24-25).

Tidak ada benih manusia di sana Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria, sampai Anak yang dikandung Maria itu lahir. Dia tidak mau mencemarkan apa yang sedang Tuhan kerjakan. Artinya, Yusuf tunduk pada kemauan/kehendak Allah dan bukannya kemauannya sendiri.

Selama ‘benih Ilahi’ itu ada pada kita, kita memiliki pengharapan yang besar dengan Tuhan. Apapun yang terjadi Tuhan pasti bersama-sama dengan kita.

“Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita,
yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,”

(Ibrani 6:19)

 

Jadilah Kehendak-Mu

Pdt. Eluzai Frengky Utana
3 Desember 2006

“Jadilah Kehendak-Mu”

Bacaan Firman Tuhan: Matius 6:9-13

Apa itu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR)? Yaitu Tuhan menyatakan diri-Nya di dalam setiap kita, umat-Nya. Dengan kata lain, kita mengalami Tuhan dalam kasih, kuasa dan kebenaran-Nya. Gereja akan mengalami kebangunan rohani jikalau gereja mau melakukan prinsip-prinsip Kerajaan Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin melihat ada banyak orang yang kelihatannya rajin berdoa, tapi tidak banyak mengalami perubahan (terobosan) dalam hidupnya. Hal ini lebih dikarenakan orang tersebut tidak hidup dalam prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Timbul sebuah pertanyaan. Lantas siapakah yang dapat masuk dalam Kerajaan Allah? Dalam Matius 28:19-20, dijelaskan bahwa orang yang mau menjadi muridlah yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

M U R I D!

Dalam kapasitas kita sebagai warga Kerajaan Allah (yang juga menjadi Representative Of Christ’ Kingdom), kita memerlukan sebuah komunikasi dengan Kerajaan Allah yang disebut dengan Komunikasi Kerajaan (the Kingdom Communication). Yang menjadi syarat mutlak kebergantungan kita akan Tuhan, dalam menyikapi berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, dan dalam pekerjaan/pelayanan, kalau hubungan (komunikasi) dengan Tuhan ini putus, maka kita akan “tersesat”, menjadi bingung, penuh dengan kekuatiran dan ketakutan.

Dalam Matius 6:9-13 ini kita dapati Tuhan mengajar tentang Doa Bapa Kami. Doa Bapa Kami ini sebenarnya merupakan juga doa apostolik. Doa apostolik hendaknya menjadi dasar atau fondasi dalam kehidupan kita orang percaya.

Adapun isi yang menjadi prioritas penting dalam Doa Bapa Kami adalah “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga,” (ayat 10). Jadi, dapat kita lihat betapa Yesus pun mengangap penting hal Kerajaan Allah ini (di dalamnya akan kita dapati Kingdom supply, Kingdom mentality, Kingdom power, Kingdom Authorithy, dan Kingdom Connection).

Lukas 17:21, “juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”

Kerajaan Allah datang dalam hidup kita jikalau kita membiarkan kuasa pemerintahan Kerajaan Allah menguasai seluruh/totalitas kehidupan kita. Kita dapat saja melayani pekerjaan Tuhan, tapi belum tentu kita melayani Tuhan. Contoh: kita dapat saja melayani sebagai pengkhotbah, pemimpin pujian dan penyembahan, singers atau apa saja dalam gereja; tapi di sisi lain kita juga banyak “menuntut” dari Tuhan. Orang yang melayani Tuhan adalah orang yang tidak punya hak lagi untuk menuntut, dendam, tersinggung atau kecewa, karena kita membiarkan seluruh pemerintahan Kerajaan Allah itu memerintah dalam kehidupan kita.

Ketika kita hanya melayani pekerjaan Tuhan (dan bukannya melayani Tuhan), hal ini dapat membuat kita terbentur, sakit dan sulit untuk bisa menerima pribadi-Nya, kehendak-Nya dan keagungan rencana-Nya. Akan tetapi, ketika kita melayani Tuhan, benturan itu tetap ada, tapi kita tahu di balik itu ada Tuhan yang berkuasa atas segalanya!

Tidak ada manusia yang tidak punya masalah, baik itu masalah pribadi atau keluarga. Masalah/persoalan itu justru akan “mengasah” kita menjadi lebih dewasa dalam menyikapi berbagai hal. Melalui masalah-lah, kuasa mujizat Tuhan dinyatakan.

Dalam Doa Bapa Kami ini kita jumpai 3 (tiga) kehendak yang merupakan fondasi/dasar tatanan kehidupan orang percaya :

  1. Kehendak Allah atas kehidupan jasmani/materi.

Sebagai orang percaya, seharusnya kita tidak mengalami yang namanya kelaparan (kekurangan/kemiskinan) sebab ada Kingdom supply dari Kerajaan Allah yang tidak pernah berkekurangan (more than enough). Yang kita lihat sekarang di mana-mana (khususnya dalam dunia perekonomian) ada banyak kekurangan, tapi orang-orang yang hidup dalam prinsip-prinsip Kerajaan Allah tetap ada berkat yang menyertainya. Tidak hanya itu, kita pun akan menjadi berkat sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Apa yang ada di sorga akan di suplai bagi kita (ke dalam dunia).

  1. Kehendak Allah atas kehidupan sosial

Kehendak Allah atas hidup sosial ini dimaksudkan agar kita membangun sebuah hubungan (relationship) dengan orang lain; mulai dari dalam lingkup keluarga, pergaulan, pekerjaan, pelayanan dan masyarakat. Bagi Allah, hubungan itu penting, sebab di sorga tidak ada hubungan yang terputus. Contoh hubungan yang terputus: mulai timbul kepahitan, iri hati, kecewa, marah, dll. Sejak manusia jatuh dalam dosa, hubungan manusia dengan Allah juga terputus; karenanya Yesus datang ke dalam dunia dengan misi untuk memulihkan hubungan yang terputus tersebut.

I Kor. 15:33, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Amsal 27:17, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Untuk dapat saling menajamkan, dua buah besi harus saling berdekatan/bersentuhan. Ini berbicara juga bahwa orang yang akan ‘menajamkan’ sesamanya, bukanlah orang yang jauh melainkan mereka yang keberadaannya sangat dekat/intim, bahkan orang-orang yang paling disayangi, misalnya: dalam keluarga antara suami dengan isteri, orang tua dengan anak-anaknya.

  1. Kehendak Allah atas kehidupan rohani

Di sorga tidak ada lagi pencobaan atau perkara iblis, sebab kehendak Allah yang berkuasa. Tidak ada lagi pencobaan, sebab pencobaan bukan datangnya dari Allah. Yakobus 1:13, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.”

Saat kita mengalami pencobaan/masalah maka kita dapat ‘menurunkan’ Kerajaan Allah hingga menguasai secara total kehidupan kita, yang akan memampukan kita untuk pada akhirnya dapat bertahan dan keluar sebagai lebih dari pemenang (Allah yang memberikan kemenangan itu bagi kita).

Kedaulatan Allah hanya dapat terjadi jika ada penyerahan secara total kepada-Nya. Artinya, kita tetap melakukan apapun kehendak Tuhan walaupun hal itu berbeda (bertolak belakang) dengan kehendak perasaan kita.

Memasuki tahun 2007, ada banyak hal yang kelihatannya tidak pasti dan tidak seperti perkiraan kita, tapi percayalah –dengan berserah secara total pada Tuhan– di akhir dari semuanya ini pastilah akan mendatangkan kebaikan bagi kita yang tetap berpegang padaNya.

Waktu yang sulit pasti berakhir,

tapi orang yang tangguh imannya pada Yesus

yang akan bertahan sampai akhir!

 

Kesadaran Lebih Penting daripada Sebuah Pengertian

Pdm. Jocis Halim S.Th.
26 Nopember 2006

“Kesadaran Lebih Penting daripada Sebuah Pengertian”

Bacaan Firman Tuhan: Kisah 26:12-23; 9:3-6

Paulus yang baru saja mengalami Tuhan (perjumoaan dengan Tuhan), dalam perjalanan menuju ke Damsyik, setelah itu mengalami penderitaan. Bagaimana dengan kita? Maukah kita, saat ini mengalami Tuhan (mengalami kasih dan kuasaNya) dan setelah itu kita juga masuk dalam penderitaan? Beberapa dari kita pasti takut dan beranggarapan bahwa bukankah lebih baik tidak menglami Tuhan saja, itu pilihan yang lebih baik? Dengan demikian, bukankah kita tidak masuk ke dalam penderitaan?

KeKristenan bukanlah seperti itu! Paulus setelah percaya Tuhan, dia mengalami yang namanya proses. Setelah menjadi orang percaya, tidak mungkin kita tidak masuk dalam prosesnya Tuhan. Tuhan tidak menginginkan kita hanya sekedar menjadi percaya saja, tapi lebih daripada itu agar menjadi murid!

Tuhan menginginkan kita menjadi murid!

Saat kita menjadi murid inilah saat dimana kita diproses, baik itu proses melalui pikiran, hati, perkataan, tingkah laku dan juga keputusan kita. Jadi, hari ini ketika kita mengalami proses, sadarilah bahwa itu adalah tandanya kita menjadi murid.

Kenapa kita (murid) harus mengalami proses? Semuanya itu bertujuan agar kita menjadi seperti yang Tuhan kehendaki yaitu menjadi seperti Kristus! Berbicara tentang “proses” adalah berbicara tentang menderita, rasa tidak nyaman dalam hati.

Tuhan menghendaki kita agar menjadi serupa denganNya!

Selama kita tidak mau diproses maka sifat, hati dan ciri Kristus tidak akan nampak. Dan jangan khawatir, selama kita diproses – Alkitab mengatakan – bahwa kita tidak dibiarkanNya sendirian, ada Yesus selalu bersama-sama. Tetapi acapkali, dalam kehidupan sehari-hari kita hanya sebatas mengerti Tuhan tanpa menyadari akan keberadaanNya. Kita mengerti Dia Allah yang menyembuhkan, memulihkan, menolong atau juga memberkati. Lebih daripada itu, Dia Allah yang hadir dalam kehidupan kita. Seringkali mengkotak-kotakkan kehadiran Tuhan, misalnya: Tuhan hanya ada pada hari Minggu (di gereja) atau pada saat kita melakukan semua aktivitas/pelayanan rohani kita (seperti doa puasa, baca Firma Allah, berdoa dan puasa), tanpa menyadari bahwa Dia Tuhan, kehadiranNya setiap saat dalam hidup kita.

Tuhan berada dalam hati kita setiap saat/kondisi! Buah kesadaran akan keberadaan Tuhan ini adalah kita tidak membeda-bedakan kehidupan kita, baik itu hari Minggu (saat ibadah) atau juga hari-hari lainnya. Ketika kita mengkotak-kotakkan Tuhan dalam pikiran kita, itu justru membuat kitalah yang terkotakkan oleh pikiran kita sendiri. Berbicara kesadaran itu berbicara iman kita kepada Tuhan.

Motto ROCK Ministry adalah “Kami mermbantu Anda untuk menggenapi rancangan Tuhan dalm hidup Anda!” ini bukan soal program/acara gereja semata, tapi rencana Tuhan. Gereja lokal ini membantu jemaat menggenapi rencana Tuhan melalui:

  1. KM (Kelompok Sel Mesianik)

Dengan komunitas yang terdiri dari 10-12 orang itu, kita dapat lebih saling mengenal satu dengan lainnya, seperti membagi kehidupan, perhatian dan juga penggembalaan. Dalam KM pertumbuhan rohani para anggotanya lebih baik dari sekedar datang beribadah raya hari Minggu.

  1. Kelas SMaRT (Sekolah Mengalami Rencana Tuhan)

Melalui Kelas SMaRT ini kita diarahkan/diajar tentang bagaimana melayani, pelepasan, memulihkan gambar/citra diri, mengampuni, dan lebih dari semuanya itu, kita (para siswa) mengalami Tuhan secara pribadi.

Dari 2 hal tersebut diatas, kita dapat mewujudkan visi kita yaitu “Membangun Masyarakat Mesianik.” Masyarakat mesianik adalah (komunitas) masyarakat yang mengalami Tuhan secara pribadi atau masyarakat yang di dalamnya punya kesadaran akan Tuhan.

Hal apa yang menyebabkan Paulus dapat mempertahankan iman percayanya, padahal ia mengalami penderitaan, antara lain:

  1. Sadar akan tujuan yang Tuhan berikan sebagai saksi dan pelayan Tuhan (ayat 16).

Hal pertama yang membuat Paulus dapat bertahan dalam menghadapi proses adalah Tuhanlah yang menetapkan dirinya sebagai saksi dan pelayan. Begitu juga dengan kita, kita bukan hanya sekedar menjadi orang yang dating guna memenuhkan bangku gereja tapi guna menjadi saksi dan pelayan Tuhan.

Ada perbedaan antara kehidupan yang dahulu (yang belum bertobat) dengan kehidupan yang sekarang. Contoh dalam keluarga: keadaan keluarga sebelum percaya, dimana tidak ada damai sejahtera, sukacita, saling menyalahkan (egois) tapi setelah bertobat mulai ada damai sejahtera, saling menguatkan, saling menghibur dan ada kasih. Sebab pertobatan itu dapat diukur dan dilihat. Perubahan pribadi yang dikerjakan oleh Tuhan akan berdampak lebih kuat daripada kita memberikan kesaksian orang lain.

Gereja yang mengalami pertumbuhan adalah gereja yang jemaatnya memiliki gaya hidup bersaksi. Paulus dapat bertahan dalam proses itu karena dia telah menemukan tujuan hidupnya. Hari ini, temukan tujuan hidupmu!

  1. Kemuliaan Tuhan dibalik proses (ayat 17a)

Dalam Kisah 8:1; Paulus (Saulus dulunya) adalah saksi kunci dari kejahatan orang-orang Yahudi, oleh karenanya ia dicari-cari. Ketika Paulus mengalami Tuhan, ia dapat bertahan dalam proses itu karena Paulus melihat kemuliaan Tuhan dibalik semuanya itu.

  1. Melakukan apa yang Tuhan kehendaki (ay.17b-18).

Dalam menghadapi proses, seringkali kita merespon keingingan diri sendiri. Dan kebanyakan setelah itu menuntut Tuhan yang bertanggungjawab atas resiko yang kita buat tersebut. Jika sekiranya kita membiarkan kehendak Tuhan yang jadi dalam menyikapi prose situ, maka Tuhan jugalah yang akan bertanggungjawab dengan segala resiko yang terjadi dibelakangnya.

Yohanes 4:34; Paulus menyadari kebutuhan rohaninya adalah melakukan kehendak dan menyelesaikan semua perintah yang Tuhan berikan dalam kehidupannya. Yang antara lain adalah sebagai berikut:

Ø Membawa jiwa-jiwa berbalik dari kegelapan menuju terangNya yang ajaib; sebab dimana ada satu orang yang bertobat seisi sorga bersorak;

Ø Berbalik dari kuasa iblis kepada Allah. Ada banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan kelepasan yang dari Tuhan, melalui kita (bukankah ada Yesus berdiam dalam kita);

Ø Membawa orang-orang memperoleh pengampunan dosa;

Ø Mendapatkan bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang dikuduskan; artinya setiap kita (jemaat Tuhan) dapat berfungsi di dalam gereja (lokal) Tuhan.

Sebab di dalam Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia!

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

[ I Korintus 15:58 ]

 

CINTA MEMATAHKAN KUK

Pdm. Jarot Wijanarko
12 Nopember 2006

“CINTA MEMATAHKAN KUK”

Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 12:16-17

Dari bacaan di atas, kita mendapati dua nasehat didalamnya, yaitu: jangan cabul dan jangan memiliki nafsu rendah! Kita tidak membahas perbuatan cabul, sebab sebagai anak-anak Tuhan kita seharusnya sudah tidak melakukannya. Yang akan kita bahas adalah nafsu rendah.

Apa itu nafsu rendah? Nafsu rendah adalah menukar hal yang rohani dengan yang tidak rohani. Contoh: Esau yang memandang rendah hak kesulungannya dan menjualnya hanya untuk sepiring kacang merah. Atau, pada hari Minggu (atau waktu-waktu pertemuan ibadah lainnya) tidak beribadah karena ada urusan keluarga; bukannya urusan keluarga tidak penting tapi waktu itu telah dipersiapkan untuk ke gereja.

Berbicara tentang nafsu rendah, semua kita terlibat, baik itu jemaat maupun para hamba Tuhan. Alkitab memberikan contoh yang jelas. Musa diganti Yosua, Elia diganti Elisa, setelah itu seharusnya Gehazi menggantikan Elisa, tapi karena nafsu rendah Gehazi maka ia kena kusta (II Raja-raja 5:19b-27). Jika peristiwa ini dikorelasikan ke jaman sekarang ini, maka Gehazi (hamba Tuhan) meminta sumbangan (ke Naaman, yang baru saja dipulihkan Tuhan) dengan alasan untuk hamba Tuhan desa. Padahal semuanya itu untuk dirinya sendiri, dikuasai nafsu rendah (II Raja-raja 5:24). Gereja pun dapat terjerat nafsu rendah, misalnya membeli alat-alat sound system dari persembahan diakonia.

Contoh lainnya, imam Eli. Tuhan menegur imam Eli karena ia lebih menghormati anak-anaknya daripada Tuhan dan memandang loba persembahan bangsa Israel (I Samuel 2:29). Ini berarti melayani untuk mencari untung, sehingga lebih memilih tempat pelayanan yang dapat memberi persembahan kasihnya paling besar (prinsip untung-rugi).

Nafsu rendah dapat “menyerang” siapa saja, kapan saja. Para mahasiswa yang berteman dekat atau teman sekost yang diminta tolong mengabsenkan temannya. Orang tidak masuk diisikan daftar hadirnya, itu menipu! Sepertinya menolong orang, tapi itu nafsu rendah.

Apa akibat melakukan nafsu rendah ini?

Nafsu rendah bukan soal sorga atau neraka Alkitab menulis, “Saatnya (akan) mendapat berkat, ia ditolak!” Artinya, dapat berkat tapi tidak jadi. Contoh: sudah menang tender tapi proyek itu dibatalkan; sudah hamil tapi mengalami keguguran; sudah melahirkan tapi meninggal; sudah makan enak, pas dimakan keselek. Dapat berkat tapi tidak jadi.

Kejadian 27:34-40.

Kisah ini menceritakan tentang Ishak yang meminta Esau pergi berburu dan menghidangkan hasil buruannya seperti kegemarannya, setelah itu ia akan memberkati Esau. Tetapi Ribkah mendengar dan menyuruh Yakub, adik Esau mengambil berkat untuk kakaknya tersebut. Dengan berpura-pura sebagai Esau, setelah menyamarkan kulitnya dan mengenakan pakaian Esau – masuklah Yakub mendapati Ishak, ayah mereka, menipu ayahnya dan mencuri berkat yang disediakan untuk kakaknya tersebut. Tidak lama setelah itu, masuk jugalah Esau dengan membawa hidangan dari hasil buruannya, tapi berkat itu telah diberikan kepada adiknya, akibat tipu daya.

Yang kita pelajari di sini. Esau tidak membunuh, mencuri, merampok, atau berzinah; ia hanya memandang rendah hak kesulungannya. Banyak kita – saat sekarang ini – yang juga memandang rendah pelayanan. Sebuah dosa yang semua orang juga pernah melakukannya, bukan? Siapa di antara kita, semenjak lahir barunya ia tidak pernah merasa jengkel, kecewa, tidak berpikiran kotor, iri hati, curiga, hatinya lurus, penuh pengampunan dan sabar?

Kejadian 27:41

Berkat yang untuk Esau, dicuri adiknya. Ishak mengatakan bahwa ia akan menjadi budak dan mengalami hidup susah. Hal yang mengakibatkan Esau menaruh dendam dan berikhtiar untuk membunuh adiknya tersebut. Hal terakhir inilah yang membuat Yakub lari menuju Mesopotamia.

Setelah 20 tahun berlalu. Kembalilah Yakub dengan membawa keluarganya beserta seluruh kekayaannya yang didapati selama 20 tahun itu. (Pada Kejadian 30:25-43, dituliskan bagaimana Allah memberkati Yakub dengan luar biasa.)

Kejadian 33:1-8

Di tengah perjalanan pulangnya itu Yakub teringat akan ikhtiar Esau, kakaknya, dan ketakutanlah ia (Kej. 32:7). Jadi mulailah Yakub mengatur barisannya dengan maksud mendapat kasih (pengampunan) dari Esau, yang datang dengan diiringi empat ratus orang. 20 tahun yang lalu, Esau – akibat nafsu rendahnya – menerima kuk perhambaan dan mengalami hidup susah. Namun, karena ia berusaha dengan bersungguh hati, ia dapat melepaskan kuk itu darinya (bd. Kej. 27:40b dgn Kej. 33).

Buktinya bahwa Esau telah lepas dari kuk itu, ialah:

  1. lepas dari kuk perbudakan;

Esau diiringi 400 orang (Kej. 33:1), berarti ia menjadi peimipin,

Yakub sampai 7 (tujuh) kali sujud kepadanya, tidak hanya itu Yakub menyebut Esau dengan panggilan “tuanku” (ayat 8).

  1. lepas dari kuk ekonomi;

Yakub memang diberkati Allah luar biasa (Kej. 30:25-43),, tapi apa yang dimiliki Esau jauh lebih banyak (ay. 9).

Berkat Esau lebih banyak dari yang dimiliki Yakub!

  1. lepas dari kuk soal keluarga;

– (dalam Kejadian 36, Alkitab menulis satu pasal khusus tentang daftar keturunan Esau, yang sekali lagi, daftar keturunan Esau jauh lebih banyak dari keturunan Yakub).

Yang kita pelajari hari ini dari Kejadian 27:40 dan Ibrani 12:16-17, dapat disarikan sebagai berikut:

– Jika kita telah terlanjur melakukan nafsu rendah, yang mengakibatkan kita berdosa dan tidak kudus/tidak tahir, sehingga membuat kita tidak diberkati, kita masih dapat mengambil berkat itu kembali, bukan dengan mencucurkan air mata, melainkan dengan kesungguhan hati.

Esau menangis minta berkat dari Ishak tapi tidak mendapatkan, tapi dia telah berusaha dengan bersungguh hati dan ia dapat mengambil kembali berkat itu. Jadi, apa sebenarnya “berusaha dengan bersungguh hati” itu? Dalam Kejadian 33:4; ini tidak lain, yaitu MENGAMPUNI! Esaulah yang berlari mendapatkan Yakub, lalu mendapatkan Yakub, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.

Bukti Esau lepas dari kuk perbudakan (balas dendamnya).

Begitu juga dengan kita, bukti kesungguhan hati kita dengan Tuhan hendaknya ada dampaknya (meluap keluar) dengan sesama.

Untuk MINTA AMPUN dibutuhkan KERENDAHAN HATI,

tetapi untuk MENGAMPUNI dibutuhkan KEBESARAN HATI.

 

Mengatasi krisis

Pdm. Luther Dias
5 Nopember 2006

“Mengatasi Krisis”

Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 143:1-8

Hal yang normal terjadi dalam kehidupan kita, hari lepas hari, adalah mengalami krisis. Krisis ini dapat terjadi kapan saja dan dengan siapa saja. Krisis dalam terjemahan Inggris “Crisis” yang berarti “masa gawat atau saat genting atau terjadi kemelut dalam hidup.”Setiap kita dapat saja mengalami krisis tapi kita tidak perlu takut/khawatir Tuhan kita adalah Tuhan Penolong. Dia berfirman bahwa Dia (Tuhan) buka jalan, saat tiada jalan. Selama kita berjalan bersama Tuhan tidak ada kata putus asa melainkan pasti ada jalan keluar terhadap setiap krisis (masalah) dalam hidup kita.

Respon kita akan masalah menetukan siapa kita! Saat krisis itu datang kita – sebagai manusia rohani – tidak bertanya “Kenapa hal ini terjadi,” tapi “Saya belajar apa dari semua yang terjadi ini?” Ketika datang persoalan/krisis dalam hidup kita dan kita bertanya, “Kenapa?” sebenarnya kita sedang mencurigai seseorang. Dan jika pertanyaan yang sama kita ajukan ke Tuhan, ini tidak lain dengan kita pun sedang mencurigai Tuhan. Sebaliknya, ketika datang krisis dan bertanya, “Saya belajar apa dari semua yang terjadi?” Hal ini akan membuat kita “mendapatkan sesuatu” dari Tuhan, dalam berbagai hal yang datang dalam kehidupan kita.

Ayub 28:28; “tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” Kata “Tuhan” dalam ayat ini adalah “Adonai” yang berarti “Sang Pemilik.” Jadi, segala yang ada di muka bumi (termasuk alam semesta ini) adalah milikNya Tuhan.

Hakim-hakim 16:27-31

Selama 20 tahun Simson menjadi hakim atas Israel, baru sekali ini Simson memanggil Tuhan dengan sebuatan “Adonai” atau Sang pemilik hidupnya. Orang yang dipakai sebagai nazir Allah yang luar biasa semasa hidupnya, tapi di akhir hidupnya menjadi “lawakan” bagi musuh-musuhnya. Ini adalah akibat dari mengandalakn diri sendiri dan bukannya mengandalkan Tuhan. Saat Simson mengakui Allah adalah pemilik hidupnya, oleh Alkitab ditulis bahwa ia membunuh lebih banyak dari yang dibunuhnya semasa hidupnya. Hal yang sama juga buat kita, ketika kita mengakui Tuhan dan keberadaanNya sebagai Adonai, Sang Pemilik hidup kita, yang didalamnya termasuk harta, kekayaan, kekuatan dan pelayanan kita; maka akan ada hasil dua kali lipat daripada ketika kita hanya memakai kekuatan kita sendiri.

Markus 10:28-31

Ini adalah kisah dari seorang anak muda yang kaya raya, yang bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana caranya agar menjadi pengikut Tuhan. Jawaban Tuhan ternyata di luar perkiraannya dan mengejutkannya; dimana Tuhan mengatakan bahwa dia harus menjual seluruh hartanya barulah ia dapat mengikut Tuhan. Jawaban Tuhan itu membuatnya sedih sebab banyak hartanya. Dia tidak menyadari bahwa Allahlah sang empunya segala sesuatu termasuk segala harta kekayaannya. Ketika kita meninggalkan segala sesuatunya dan mengikut Tuhan, maka Tuhan, yang adalah Adonai itu, akan memperhitungkan semuanya dan menerima kembali seratus kali lipat. Dia Tuhan dan Dia sanggup melakukannya bagi kita!

Krisis boleh saja datang dalam kehidupan kita, tapi ketika kita berjumpa dengan Tuhan, Adonai itu, kita pasti aman sebab Dialah empunya segala sesuatu, termasuk kehidupan kita ini. Agar tidak terjadi krisis, ada beberapa langkah, yaitu:

  1. Ayat 1-2; Doa dengan sikap hati yang benar/murni.

Datang pada Adonai dengan doa yang disertai sikap hati yang benar. Tidak ada motivasi yang lain waktu menghadap Adonai, selain Tuhanlah pemilik segala sesuatu dan yang sanggup menolong kita kapan saja. Inilah doa yang dijawab Tuhan! Jangan kita datang berdoa, supaya Tuhan membalaskan dendam kepada orang yang telah menyakiti hati kita. Atau juga, berdoa tapi dengan memerintah Tuhan melakukan kehendak kita. Tapi milikilah sikap hati yang benar seperti Musa, saat bangsa Israel yang dipimpinnya memberontak, Musa berdoa agar jangan Tuhan menghapus nama bangsa itu tapi hapus saja namanya dari kitab kehidupan. Dalam doanya, Musa tetap mempertahankan umat pilihan Allah tersebut.

Kita yang adalah anak-anak Allah, kita pun harus berbuat hal yang sama. Saat ada orang yang menyakiti kita, kita datang pada Tuhan dan meminta belaskasihan Tuhan tercurah untuk orang tersebut. Milikilah sikap hati yang murni! Dalam kitab Wahyu, sorga itu seperti lautan kaca yang bening. Dalam beberapa literature, disebutkan bahwa kaca yang bening adalah kaca murni yang sama sekali tidak membiaskan cahaya yang masuk/melewatinya. Hal yang sama yang Tuhan mau, agar kita juga menjadi orang yang tidak membiaskan apa yang baik dari Tuhan. Apa yang kita ucapkan melalui bibir kita harus sama dengan apa yang dikandung hati kita. Itulah doa dengan sikap hati yang benar/murni. Dan otomatis Tuhan akan menyatakan PribadiNya dalam Jehovah (Allah yang menyatakan diri) dan Elohim (Allah yang dahsyat). Apapun persoalan/krisis, dalam Tuhan , pasti ada jalan keluar.

  1. Ayat 3-5. Ingat selalu akan Firman Tuhan

Ada banyak kita ketika menghadapi krisis membuat kita lupa akan keberadaan kuasa Firman, dan yang tinggal dalam pikiran kita tentang bagaimana kita dapat membalas dendam pada orang yang telah menyakiti kita. Kita terbiasa membiarkan “daging” kita merespon terlebih dahulu. Jelas ini bukan kehendak Tuhan, melainkan yang diinginkan Tuhan adalah kita dapat mengatasi krisis dengan selalu mengingat akan Firman Tuhan. Hari ini, adakah Firman Tuhan dalam hidup kita?

Saat Firman Tuhan itu ada dalam hidup kita, krisis boleh saja datang, tapi yang keluar dari kita adalah berkat kehidupan Tuhan. Kita yang masih hidup dalam dunia ini, tidak ada yang kebal dosa! Saat kita tidak selalu mengingat FirmanNya (berjaga-jaga), maka yang masuk dalam kehidupan kita hanya sampah-sampah duniawi. Sebagai anak-anak Allah, ketika orang lain menyakiti kita, maka ada kemampuan Tuhan dalam kita yang memampukan kita untuk dapat melepaskan berkat pengampunan. Ucapkanlah syukur, sebab dibalik itu semua ada berkat besar yang Tuhan siapkan.

  1. Ayat 6. Terbuka dengan Tuhan.

Hari ini, yang tahu kedalaman hati kita hanya diri kita sendiri dan juga Tuhan, bukannya suami/isteri, gembala/pemimpin rohani kita sekalipun. Ketika menghadapi krisis, yang TUhan inginkan kita terbuka dihadapanNya (ada sikap hati yang murni). Jangan mengharapkan kita akan dipenuhi dengan kapasitas Allah kalau kita tidak terbuka denganNya. Mari robek “hati kita” untuk Tuhan mencurahkan anugerahNya.

  1. Ayat 6b. Miliki rasa lapar dan haus akan Tuhan terus-menerus.

Sadarkah kita bahwa dalam ibadah kita itu ada mengandung janji? Sebab dalam ibadah ada rahasia agung yaitu Kristus ada dalam kita dan Kristus ada ditengah-tengah kita. Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan (Kolose 1:27). Jadi, saat kita datang beribadah mari datang dengan rasa lapar dan haus akan janji-janji Tuhan. Jangan menjadi bilangan orang-orang yang meremehkan ibadah. Sebab Alkitab mengatakan, “Segala yang dikerjakan orang yang demikian tidak akan berguna apa-apa.”

  1. (Ayat 8). Datang pada kasih setia Tuhan (anugerah dan kebenaran).

Untuk dapat mengatasi krisis, kita harus datang pada kasih setia Tuhan sebab itu kekal adanya. Kasih manusia itu terbatas, tapi kasih Tuhan selama-lamanya. Dalam terjemahan Inggris ditulis, “Mercy” dan Truth” yang artinya “Anugerah’ dan “Kebenaran”. Hanya anugerah dan kebenaranlah yang dapat mengatasi segala krisis dalam hidup kita. Dan Yesuslah Anugerah dan Kebenaran itu, Sang Adonai.

Tidak ada yang baik dalam kehidupan kita, tapi oleh anugerahNya kita ditebus sehingga menjadi orang-orang yang dibenarkan/mendapat anugerah. Oleh karenanya datang padaNya, Sang Adonai, setiap saat untuk menerima anugerah dan kebenaran, kasih dan setiaNya sebab itu kekal selamanya.

Sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia! 

 

SIAPA YESUS UNTUKKU? June 1, 2008

Pdp. Lenny Dias
29 Oktober 2006

“SIAPA YESUS UNTUKKU?”

Bacaan Firman Tuhan : Matius 16:13-19

Pertanyaan di atas adalah sebuah pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Setiap hari Minggu, banyak orang datang beribadah dan mengikuti kegiatan kerohanian pada hari-hari lainnya dengan setia, tapi tatkala pertanyaan ini dilontarkan banyak yang tidak dapat menjawabnya.

Pertanyaan yang sama pernah ditanyakan pula oleh Yesus ditanyakan kepada para murid-muridNya. Hari ini, kita yang adalah “murid-murid Tuhan”, Mendapatkan pertanyaan yang sama. Apakah kita akan menjawabnya sekedar dari cerita orang lain ataukah karena kita mempunyai pengalaman pribadi dengan Tuhan? Pertanyaan ini penting! Sebab jawaban kita menentukan: apa tujuan (destiny) hidup kita, dan apa sikap serta ke mana arah hidup kita?

Matius 7:21-23; 25:1-13.

Kata “mengenal” dalam bahasa aslinya “gynosko”, berarti memiliki hubungan yang dekat (intim). Selain itu kata “mengenal” juga mengandung arti:

Mengenal Tuhan secara benar;

Mempunyai hubungan dengan orang yang kita cintai, seperti keluarga, isteri/suami;

Mempunyai hubungan dengan orang lain.

Adanya keseimbangan dari hubungan/pengenalan ini menentukan apakah kita dikenal Tuhan atau tidak. Jadi, “mengenal” di sini bukan sekedar tahu, tapi memiliki pengalaman hubungan. Contoh: Kita bisa saja mengenal orang lain, tapi tentu saja kita jauh lebih mengenal keluarga (suami/isteri) kita. Mengapa? Sebab ada pengalaman yang dibangun setiap hari.

Semua ini menjelaskan bahwa Allah tidak hanya berfokus pada rutinitas kerohanian saja tapi lebih daripada itu Allah menginginkan pengenalan akan pribadiNya! Sebab, PENGENALAN AKAN TUHAN MENENTUKAN SURGA ATAU NERAKA! (Pengenalan akan Tuhan tidak dapat dideteksi melalui cara penyembahan/pelayanan/khotbah kita.)

Mayoritas manusia cenderung memandang Tuhan dan memperlakukanNya untuk memuaskan keinginannya. Tidak heran banyak kita dapati anak-anak Tuhan yang menjadikan adalah Yesus sebagai Bapa, kekasih, penolong atau juga tempat curhat. Ini tidak salah! Tetapi ada efek dari hal ini – dimana kita hanya memandang Yesus dari satu sisi kebaikanNya (pengasih/pemurah/pengampun) saja – dimana kita memang menjadi anak, tapi ANAK YANG MANJA (semaunya/sekehendaknya saja, harus dipenuhi keinginan/kemauan). Contoh: Kita ijinkan Allah (Bapa) mengatur segalanya dalam hidup kita, kecuali soal uang. Ketika dalam keadaan sakit, gelisah, bingung, menghadapi masalah, kita serahkan semuanya pada Tuhan untuk mengurusnya (hingga terselesaikan/ada jalan keluar). Tapi soal uang, kita bahkan sama sekali tidak melibatkan Tuhan. Kita beranggapan ini uangnya kita sendiri. Atau dalam hal jodoh. Tuhan boleh mengatur segala dalam hidup kita, tapi soal jodoh, kita yang memaksa Tuhan menyetujui pilihan kita itu.

Semuanya itu karena kita berpikir Tuhan pasti menolong/membantu/mengampuni kita, tanpa mau mengenal sisi lain dari pribadi Allah.

Matius 16:13-19.

Sebuah pertanyaan yang dilontarkan Yesus kepada para murid adalah bukan apa kata (opini) orang tapi pendapat mereka sendiri. Kata “Mesias” dalam PB ditulis 2 kali yaitu dalam Yohanes 1:31 dan Yohanes 4:25, yang berarti “Yang diurapi.” Sedangkan kata “Yang diurapi” dalam PL, mengandung arti “Dia yang datang dengan urapan raja, imam dan nabi.” Dalam terjemahan bahasa Inggris ditulis, “Thou art the Christ, the Son of the living God!” (KJV). Ini menjelaskan pribadi Yesus yang diutus dari sorga.

Satu hal yang mengerikan bilamana kita lupa bahwa Yesus adalah Tuhan, kita akan memperlakukan diri/tubuh kita sekehendak kita. Padahal Yesus adalah pemilik kita (kita telah dibeli dengan lunas terbayar, I Korintus 6:19-20).

Ketika kita hanya berfokus pada Yesus yang menyenangkan dan memuaskan keinginan kita, maka ketika ada tantangan/masalah atau hal buruk lainnya kita dapat menyangkal Yesus adalah Tuhan.

Dia TUHAN!

Keadaan menyenangkan atau tidak, mood kita baik atau sebaliknya, tidak mempengaruhi pengakuan kita bahwa Yesus adalah Tuhan. Seperti dalam kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:17-18), iman mereka tidak tergoyahkan. Perkatakan kalimat berikut ini, “Sekalipun dan apapun yang terjadi, YESUS TETAP TUHAN!”

Yesus disebut juga “Anak Allah yang hidup”, Ini menyatakan bahwa Yesus memang Tuhan tapi memiliki hubungan dengan Allah Bapa di sorga. Dalam I Petrus 2:9-10, kitalah yang disebut masyarakat Mesianik. Artinya, masyarakat yang di dalamnya ada Yesus. Saat kita melihat Tuhan dengan sudut pandang yang benar dan seimbang, Tuhan akan menyatakan sesuatu yang dahsyat buat kita.

Ketika kita mengakui Yesus adalah Tuhan maka Yesus mengatakan kita adalah orang-orang yang berbahagia (ay. 17); kita akan dipakai Allah untuk menjadi pembuat sejarah (ay. 18). Yang tadinya Simon bin Yunus, oleh Tuhan diganti menjadi Petrus (Petra = batu karang). Walau Simon sebelumnya telah menyangkal Yesus 3 kali, tapi Tuhan memakainya menjadi rasul yang luar biasa. Begitu juga dengan kita, segelap/seburuk apapun masa lalu kita – saat kita datang minta pertobatan dan mengakuinya sebagai Tuhan (Mesias) – Tuhan sanggup membuat terobosan (breakthrough) dan menjadikan kita alatNya yang ajaib untuk menyatakan Kerajaan Allah. Tidak sampai di situ saja, alam maut pun tidak akan menguasai kita (ay.18), dan kita diberi kunci Kerajaan Sorga (ay. 19). Ada otoritas sorgawi atau Kingdom Authority, yang memampukan kita untuk melakukan apa yang Yesus lakukan bahkan lebih daripada itu (Yoh. 14:12).

Hari ini, pastikan Yesus yang adalah Tuhan itu ada dan mengatur hidup kita.

“Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasih oleh BapaKu dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadaNya”

(Yohanes 14:21)

 

Kehidupan Gereja Yang Membawa Pengaruh

Pdm. Jocis Halim
22 Oktober 2006

Kehidupan Gereja Yang Membawa Pengaruh

Berbeda adalah ada sesuatu yang lain dari yang diketahui seseorang (sesuatu yang menarik, yang membuat bergairah atau yang merubah kehidupan).

Eklesia berarti membawa orang dari gelap kepada terang-Nya yang ajaib. Kita harus kembali kepada gereja yang sebenarnya, yaitu gereja yang berdampak, menjadi terang dunia dan menjadi saksi bahwa Yesus adalah Tuhan. Kehidupan kesaksian ini seharusnya ada di dalam gereja. Itu baru dinamakan gereja yang berdampak (memiliki pengaruh).

Jadi, siapakah gereja itu? Gereja bukan hanya hamba Tuhan/pendeta atau fulltimer, atau yang sudah terlibat pelayanan. Gereja adalah setiap orang yang percaya pada Yesus. Oleh karena kita adalah gereja itu, maka kita wajib menampakkan esensi gereja yang sesungguhnya, yaitu menjadi saksi (membagi pengalaman), mengalami kuasa dan mukjizat Tuhan. Kita menjadi gereja bukan karena kita memiliki harta/kekayaan, tapi karena ada harga untuk sebuah kehidupan, ada darah yang dicurahkan untuk kita, yaitu Yesus yang mati untuk kita.

Saat ini dunia sedang menantikan adanya bukti perbedaan dari kehidupan orang percaya, mulai dari etos kerja, perkataan, dan kehidupan kita. Seperti halnya yang terjadi dalam Yohanes 4:39, banyak orang di kota itu yang menjadi percaya bukan oleh Yesus tapi oleh perkataan dan kesaksian seorang perempuan Samaria.

Kita harus menjadi gereja yang berbeda yang memberkati banyak orang lewat kehidupan kesaksian kita (Kis. 2:41-47), bukannya menjadi seperti dalam Kejadian 11:4, dimana kita hanya untuk mencari nama/kedudukan/posisi/jabatan. Sama halnya dengan Babel, ketika kita mulai mencari nama maka Tuhan akan ijinkan kekacauan, yang berakibat terjadinya kesalahpahaman satu dengan yang lain. Hari ini, kita datang pada Tuhan bukan untuk mencari nama tapi untuk memuliakan nama Tuhan di atas segala-galanya.

Ketika kita percaya kepada Yesus, ada 3 tanda pertobatan dari Kisah 2:41-47 ini:

1. Mau menerima pengajaran

ROCK Ministry merupakan gereja misi, tapi sebelum menjadi gereja misi kita harus mau untuk dimuridkan (menjadi murid) terlebih dahulu. Di dalam pemuridan ada pengajaran. Pengajaran dalam bahasa aslinya adalah Didakkai, berarti: mau menerima setiap ajaran/instruksi. Matius 28:19, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Jadi, kita harus mengajarkan semua kebenaran Firman Tuhan. Tetapi sebelum itu, kita dulu yang harus mau menerima ajaran Yesus tersebut 100%. Kekristenan bukan teori, tapi kekristenan merupakan praktek kehidupan!

Murid dalam bahasa Yunani adalah Matetes, artinya seseorang yang mau menerima instruksi dan melakukannnya.

Yesaya 54:13, “Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah kesejahteraan mereka.” Ada bukti yang dihasilkan ketika menjadi murid, yaitu kesejahteraan. Arti kesejahteraan adalah kehidupan yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Hidup dalam persekutuan

Persekutuan dalam bahasa aslinya koinonia, artinya saling berhubungan satu dengan yang lain. Koinonia di sini berarti hubungan (fellowship) yang tidak hanya antar sesama manusia tapi juga dengan Tuhan. Kita tidak bisa mengabaikan salah satunya, seperti hanya membangun hubungan dengan Tuhan dan tidak dengan manusia. Ini membuat kita (gereja Tuhan) menjadi eksklusif, sehingga fungsi murid untuk menyatakan kehidupan yang bersaksi itu tidak nampak. Tidak ada jiwa-jiwa yang dibawa kepada Tuhan akibat pertobatan kita. Begitu juga sebaliknya. Jika kita hanya mengutamakan hubungan dengan sesama, maka ketika terjadi gesekan (ada masalah) kita akan menjadi sakit. Akhirnya yang ditonjolkan adalah perbuatan baik, bukan anugerah.

Kita berbuat baik bukan karena kekuatan kemampuan kita, tapi karena kita hidup dalam anugerah-Nya. Alkitab menulis, perbuatan baik kita itu seperti kain kotor, jadi jangan ada orang yang bangga dengannya. Kita dapat melakukan perbuatan baik karena Tuhan yang memampukan kita untuk melakukannya. Tuhan yang memberi kemampuan itu dalam kita.

3. Berkumpul di dalam bait Allah

Dalam PL, Tuhan tinggal dalam bait Allah buatan tangan manusia. Itu dapat kita lihat dengan adanya bait Allah yang dibangun Salomo. Tapi dalam PB, Allah mau tinggal dalam bait buatan tangan-Nya sendiri yaitu tubuh kita. Kita menjadi bait-Nya ketika kita percaya pada-Nya. I Korintus 6:19-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Sekarang kita mengerti bahwa Tuhan tinggal (berdiam) di dalam kita. Dan ketika Tuhan tinggal di dalam kita ada beberapa hal yang harus tampak, yaitu:

a. Kekudusan:

Ketika kita mengijinkan Tuhan masuk dan menguasai kita maka hal pertama yang Tuhan lakukan adalah membersihkan seluruh isi hati kita dan mengubahkan pola pikir kita. Misalnya: yang dulunya iri, kikir, pendendam dan kepahitan, sekarang penuh dengan kasih, pemurah, mudah mengampuni. Semuanya dapat terjadi sebab ada Yesus dalam kita.

b. Doa:

Artinya kita membawa segala sesuatu dalam doa dan minta keputusan Tuhan. Kehidupan doa ini nyata terlihat bukan pada saat kita berdoa, tapi setelah kita selesai berdoa (ada dampak). Kita yang suka berhubungan intim dengan Bapa yang baik, murah hati, lembut dan penuh damai, seharusnya menampakkan juga kemurahan hati, kebaikan, perkataan yang lemah lembut dan memberkati setelah berdoa. Ada perubahan karakter yang nyata.

c. Keyakinan akan kuasa Allah:

Mempunyai keyakinan bahwa Yesus dengan seluruh pribadi-Nya tinggal dalam kita, artinya tidak ada lagi alasan yang membuat kita ragu terhadap pribadi Yesus. Ketika kita percaya bahwa dalam diri kita ada kuasa Tuhan, kita tidak akan ragu terhadap apapun rencana Tuhan bagi kita. Yang membuat ragu justru karena kita belum yakin akan keberadaan Tuhan dalam hati kita.

d. Pujian dan penyembahan:

Artinya setiap saat memuliakan Tuhan. Tanda orang yang hidup dalam pujian dan penyembahan adalah dari mulutrnya keluar ucapan syukur. Mengapa pujian dan penyembahan kita tidak menjadi berkat? Karena itu hanya terjadi ketika kita sedang beribadah. Saat berada di luar ibadah, kita mengeluarkan perkataan yang tidak berguna.

Tidak semua masalah dapat kita kendalikan dan pecahkan. Jika keadaan semakin memburuk dan kita mulai kehilangan penguasaan diri, memuji dan menyembah Tuhan adalah tindakan yang lebih bijaksana daripada sebuah keberanian (Ams. 22:3)

 

PERKENANAN TUHAN

Pdm. M. Luther Dias
8 Oktober 2006

“PERKENANAN TUHAN”

Bacaan Firman Tuhan : Amsal 22:1

Dalam kehidupan kita, ada beberapa peristiwa yang membuat kita menjadi bingung dan kita tidak mengerti. Tetapi semuanya itu untuk menunjukkan kepada kita pentingnya bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Sebab hanya Dia-lah TUHAN, yang mengerti segala sesuatu. Kita wajib bergantung dan berserah padaNya, dan bukannya menjadi orang yang sok tahu.

Keinginan setiap manusia adalah memiliki nama baik dan dikasihi orang lain. Tapi tahukah Saudara, bahwa kedua hal di atas hanya dapat memuaskan jiwa saja? Sebab ketika orang-orang di sekitar mulai tidak mengasihi dan mengusik nama baik kita, maka mulai timbul perasaan marah, jengkel, dan lain sebagainya.

Amsal 22:1, ”Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.” Tetapi ada hal yang lebih baik dari kedua hal tersebut, yaitu mendapat ”perkenanan Tuhan”. Hanya yang dikenan Tuhan yang memiliki nama baik dan dikasihi Tuhan dan sesama. Satu hal yang pasti, tanpa perkenanan Tuhan semua yang kita kerjakan akan menjadi sia-sia.

Ester 4:15-17; 5:1-2

Tuhan mempunyai rencana dalam kehidupan pertobatan setiap kita. Dari bacaan di atas, kita mendapati bahwa Ester diangkat menjadi ratu untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dari nafsu jahat Haman. Begitu juga dengan kita, Tuhan mempunyai rencana besar atas kehidupan kita, yaitu untuk menyelamatkan bangsa kita. Hari ini, Saudara mungkin baru pertama kali datang beribadah, tapi mungkin ini adalah waktu dimana Tuhan mau memulihkan kehidupan Saudara dan menjadi berkat bagi orang lain. Ada maksud Allah dalam setiap situasi dan kondisi yang terjadi di kehidupan kita.

Sama halnya dengan Ester yang datang menyentuh ”tongkat emas” raja itu, begitu juga setiap kita ketika mendapat perkenanan Allah, Raja di atas segala raja. Tongkat emas berbicara tentang anugerah, kuasa dan kasih sayang Tuhan bagi kita. Sebab tongkat emas itu hanya diberikan kepada orang-orang yang mendapat perkenanan raja. Yang harus kita lakukan adalah datang ke tahta kasih karunia dan menyentuh ujung ”tongkat emas” itu.

Inti dari puasa Ester adalah mendapat perkenanan raja, bukan semata untuk keselamatan bangsa Yahudi. Demikian juga fokus kita ketika datang beribadah adalah mendapat perkenanan Tuhan dan bukan sekedar mencari berkat.

Empat hal untuk mendapat perkenanan Tuhan dalam Nehemia 20:39-44, yaitu :

  1. Ayat 39: nilai sebuah ibadah

Hal pertama yang membuat kita tidak mendapat perkenanan Tuhan adalah kita masih ”menyembah berhala.” Berhala masa dulu adalah batu dan pohon, tapi berhala masa kini adalah siaran televisi, uang, suami/istri, keluarga, dan hal-hal lain yang kita sukai lebih dari pada Tuhan. Untuk mendapat perkenanan Tuhan, kita harus mengerti esensi sebuah ibadah, sebab ibadah seharusnya merupakan sesuatu yang membuat kita bergairah (exciting).

1 Timotius 3:16, Ada sebuah rahasia agung di dalam ibadah. Banyak kita tidak menyadarinya karena kita tidak beribadah dengan sungguh-sungguh (sekedar memanaskan kursi raja). Kolose 1:27, Kristus ada di dalam kita, artinya kita ada di dalam Dia dan Dia ada dalam kita. I Timotius 4:8, ibadah berguna dalam segala hal karena ibadah mengandung janji, tergantung sikap hati kita dalam ibadah. Ibadah yang benar dan mendapatkan perkenanan raja (Yehezkiel 20:40). Jika kita hidup dalam kebenaran tapi semuanya berjalan lambat, jangan coba memaksa mempercepat waktunya. Mungkin kita sedang menjalani proses mengandung menurut waktunya Tuhan. Ibrani 10:25, jangan kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.

  1. Ayat 42: Mengerti tujuan Tuhan dalam hidup kita

Selama kita mendapat perkenanan Tuhan, maka Tuhan akan membawa kita dalam janjiNya sehingga kita tetap berjalan denganNya menuju ke tanah perjanjian. Tuhan akan memimpin kita ke negeri yang dijanjikan. .

  1. Ayat 43: Ingat siapa kita sebenarnya

Jangan sombong ketika kita mendapat janji Tuhan. Orang yang sombong/angkuh, tidak mendapat tempat dalam hadirat Tuhan. Tetapi orang yang rendah hati, yaitu orang yang menjauhi dosa dan senantiasa mengucapkan syukur atas segala hal yang diberikan, akan mendapat perkenanan Tuhan, Raja di atas segala raja.

  1. Ayat 44. Tunggu waktu Tuhan, jangan mendahului Tuhan

Kita harus mengerti waktu Tuhan dalam hidup kita, sebab waktu Tuhan yang menentukan segalanya. Segala rencana kita dapat terealisasikan bila bertepatan dengan waktu Tuhan. Yang harus kita lakukan adalah menunggu waktu-Nya. Ketika masalah/problem menghadang, ikuti tuntunan Tuhan, sebab Dia-lah yang menentukan masa dan waktu. Tuntunan Tuhan itu nyata! Juga jangan menilai orang lain menurut cara pandang kita, tapi gunakan cara pandang Tuhan.

Marilah kita datang dengan penuh keberanian untuk menyentuh ujung tongkat emas dari Raja di atas segala raja, untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Amin.

”Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya,”
(Ibrani 4:16)

 

MENGALAMI PESTA RAJA SETIAP SAAT

Pdt. Eluzai Frengky Utana
1 Oktober 2006

”MENGALAMI PESTA RAJA SETIAP SAAT”

(Kingdom Party)

Berbicara tentang pesta, yang kita tahu pasti tentang pesta di dunia ini terbatas, tetapi ”pesta raja” itu tidak terbatas. Ini dimungkinkan karena adanya Kingdom Suplai. Adapun tujuan pertama Allah menciptakan manusia, adalah :

agar manusia menikmati Kingdom authoriry dan Kingdom power.

Kita tidak diciptakan untuk jadi hamba, tapi untuk dijadikan keluarga (family).

Yohanes 2:1-11

Ini berbicara tentang family. Berbicara tentang family berarti berbicara tentang dua pribadi yang dipersatukan (pria dan wanita). Jadi, untuk dapat mengalami pesta dalam keluarga kita, harus dimulai dari kesadaran yang dimulai dari pribadi terlebih dahulu. (Sebab pribadi yang sehat akan melahirkan keluarga yang sehat pula. Dan keluarga yang sehat akan melahirkan gereja yang sehat. Gereja yang sehat akan melahirkan kota yang sehat pula. Akhirnya, kota yang sehat akan melahirkan bangsa/negara yang sehat pastinya.) ini tidak lain dari transformasi itu sendiri, akibat mengalami pesta raja. Contoh : orang yang terikat kuasa gelap, mengalami kelepasan (deliverence); atau orang yang mengalami sakit, ketika mengalami pesta raja, akan mengalami mukjizat kesembuhan dalam dirinya.

Untuk dapat terus menikmati pesta (tidak mengalami kekeringan/kehabisan ”anggur”) itu, adalah :

  1. Ayat 2 à Yesus harus terlibat dalam segala perkara dan kita melakukan apa bagian kita.

Dalam setiap aspek kehidupan kita, pastikan libatkan Yesus di situ (entah itu ketika kita makan, berbicara, bekerja, berbisnis, dalam keluarga; semuanya libatkan Yesus). Dengan melibatkan Yesus berarti kita sadar Dia benar-benar ada dan dalam kesadaran akan keberadaanNya, kita tidak mungkin membiarkan Yesus seorang diri saja, tapi kita akan berdialog (ada komunikasi/hubungan terbangun à ini yang disebut Kingdom Connection.) dialog di sini bukan merujuk pada doa yang panjang-panjang dengan tata bahasa yang baik semata, tapi lebih ke doa yang penuh kuasa.

  1. Ayat 3 dan 5 à Jangan kita sombong!

Untuk dapat terus menikmati pesta, apapun kelebihan/kepintaran/talenta dan harta (uang); jangan membuat kita sombong. Ketika kita mulai sombong dengan kepintaran, uang, karunia atau bahkan khotbah kita, bisa dipastikan kita tidak akan mengalami pesta raja setiap saat. Sebab, kita tidak bisa membuat pesta raja dengan kekuatan/kemampuan kita, satu waktu kita pasti jatuh dan mengalami kekeringan/kehabisan ”anggur” itu. Setiap kita pasti membutuhkan orang lain. Mari, bawa hati kita melekat saja pada Tuhan, jangan sombong. Orang sombong, tidak percaya akan firman Tuhan. SEBAB ORANG YANG SOMBONG, SUATU WAKTU PASTI TERHEMPAS!

Apapun yang Tuhan percayakan kepada kita (baik itu kepintaran, harta/uang dan talenta) semuanya itu ada waktunya, jangan kita sombong. Tunggu waktuNya Tuhan.

  1. Ayat 6 dan 7 à Merendahkan hati kita, melayani kekotoran orang lain, bukannya menceritakan kesalahan orang/menggosipkan/menghakimi.

Setiap kita, manusia, pasti memiliki apa yang disebut dengan ”kelemahan.” Dan untuk tetap dapat menikmati pesta raja itu, kita harus melayani kekotoran orang lain. Teladan ini juga telah Tuhan Yesus berikan bagi kita, bahkan saat Dia berada di kayu salib. Salah satu dari 2 orang penyamun yang juga turut di salib (yang berada di samping kiri dan kanan Yesus), berkata ”Yesus, ingatlah akan aku, ketika engkau berada di Firdaus.” Yesus yang juga tersalib itu bisa saja tidak mengindahkan permintaan itu, tapi di sini Dia memberikan teladan dengan mengatakan, ”Hari ini juga engkau bersama-sama Aku di dalam Firdaus.”

  1. Ayat 8 dan 9 à Ujian penyerahan kita.

Untuk tetap dapat mengalami pesta raja itu tidaklah gampang, tapi hari ini Tuhan beri kita petunjuk, yaitu dengan adanya penyerahan hidup yang total padaNya. Penyerahan hidup secara total adalah sudah tidakada keraguan sama sekali terhadap apapun yang Tuhan katakan, itu pasti jadi, walau terkadang itu sepertinya tidak masuk di akal pikiran kita. Percaya saja. Only believe!

Itu yang tertulis dalam Ibrani 11:1, Iman. Ya, dengan iman kita dapat percaya pada apapun yang Tuhan bilang. Selama hati kita murni, Tuhan pasti percayakan hal-hal yang besar buat kita.

  1. Ayat 10 dan 11 à Hasil yang dari Tuhan pasti yang terbaik (the best).

Pesta raja itu pasti akan menjadi bagian setiap kita, yang mengasihiNya. Pada waktunya, ”anggur” yang terbaik itu akan disajikan kepada pemimpin pesta dan orang akan mengatakan ibi bukan suatu kebiasaan, dimana biasanya orang menghidangkan anggur yang baik dan sesudah orang puas minum, barulah anggur yang kurang baik, tapi kita menghidangkan anggur yang terbaik belakangan. Dimana anggur yang terbaik itu berbicara tentang adanya kesukaan Tuhan yang terpancar dari hidup kita, yang termanifestasikan lewat buah roh, seperti kasih, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan dan pengendalian diri).

Dengan memastikan Yesus terlibat dalam segala yang kita perbuat dan melakukan apapun yang menjadi bagian kita; bertanggung jawab dengan segala yang Tuhan percayakan bagi kita/tidak sombong; mau melayani kekotoran orang lain dengan merendahkan hati, dan juga ujian penyerahan kita, akhirnya pasti akan ada hasil yang the best dari Tuhan.

Hari ini, kita bertekad untuk tetap dapat menikmati pesta raja itu setiap saat. Itu yang Tuhan mau. Amin!