Pdm. Jocis Halim S.Th.
17 Desember 2006
“Kingdom Covering“
Saat ini kita sedang berada pada sebuah masa dimana terjadinya pergeseran (shifting) dari era institusi/organisasi (gereja) menuju era Pribadi (baca: Kerajaan Allah). Pergeseran ini membawa manusia ke dalam khairos (waktu) Tuhan, yang bergerak untuk menjangkau jiwa. Bukan sekedar untuk institusi gereja saja melainkan kepada setiap orang percaya. Sebab ketika kita menjadi orang percaya, Kita harus menyerahkan diri kita ke dalam Kerajaan Allah. Ketika kita menjadi orang percaya, kita sedang masuk ke dalam perjanjian kekal, dimana seluruh totalitas kehidupan kita menjadi tanggung jawab Raja di atas segala raja itu.
Jika kita ingin tinggal dalam Kerajaan Allah maka gaya hidup kita harus selaras dengan nilai-nilai dalam Kerajaan itu. Sebab setiap warga kerajaan menjadi representatif dari sang raja. Misalnya: jika rajanya perompak, maka pastilah warganya adalah perompak. Representasi yang dimaksudkan bukan sekedar menjadi representasi dari ROCK atau denominasi gereja, melainkan kita menjadi “representasi dari Kerajaan Allah.”
MATIUS 2:1-15
Dari bacaan di atas, kita dapati 2 golongan manusia dan bagaimana cara mereka merespon berita kelahiran Yesus. Golongan pertama, adalah kelompok orang Majus (ay. 1-3). Siapa orang-orang Majus ini? Ada hal menarik yang kita dapati dari orang-orang Majus ini, dimana mereka tidak mengetahui tentang “Mesias”, kitab Taurat/nabi-nabi, penglihatan-penglihatan, nubuatan. Alkitab hanya menjelaskan bahwa mereka datang dari Timur mencari Raja yang baru lahir karena mereka telah melihat bintangNya. Bintang yang berbicara juga tentang “kebenaran kehidupan Yesus.” Ketika mereka melihat ‘bintang’ itu mereka tahu mereka sedang melihat akan kebenaran, yang menuntun mereka datang mencariNya.
Pertanyaan untuk kita renungkan:
– Masih adakah suara Kebenaran itu yang menuntun kita untuk masuk dalam Kebenaran yang lebih dalam lagi?
– Cukup puaskah kita dengan Kebenaran yang telah kita terima selama ini? Ataukah kita memiliki rasa lapar dan haus akan Kebenaran itu lebih dalam lagi, seperti pewahyuan yang dibukakan lebih lagi?
Keputusan ada pada kita. apakah kita mau datang pada Kebenaran itu lebih lagi (selalu memiliki rasa lapar dan haus), ataukah kita cukup puas dengan “kebenaran” yang kita miliki selama ini.
Hal menarik lain yang kita dapati dari orang Majus ini adalah bahwa mereka – setelah menemukan ‘Bintang’ itu – tidak datang dengan tangan kosong; tapi mereka datang dengan mempersembahan emas, kemenyan dan mur. Mereka yang bahkan tidak mengenal sama sekali akan siapa Raja itu, tapi mereka telah mempersiapkan persembahan-persembahan yang terbaik. Teladan apa yang kita temukan di sini? Yaitu bahwa apapun persembahan kita, baik itu berupa perpuluhan, persembahan umum, misi ataupun diakonia – kita telah mempersiapkan sebagai pemberian yang terbaik; sebab pemberian itu bukan untuk gereja tapi untuk Raja yaitu Tuhan Yesus.
Ada tiga persembahan orang Majus, yaitu emas, kemenyan dan mur. Emas itu gambaran dari barang yang berharga. Yang berharga dalam kehidupan kita bukan pada apa yang dalam genggaman tangan kita tapi apa yang ada dalam kita, yaitu hati kita. begitu juga dengan Raja di atas segala raja, Raja tidak memandang apa yang kita punya, harta kekayaan kita; melainkan yang dikehendaki Raja adalah persembahan hati kita sebagai persembahan terbaik. Persembahan kedua, kemenyan. Kemenyan berbicara tentang pujian dan penyembahan. Ini berarti saat kita menaikkan pujian dan penyembahan kita, mengerti bahwa itu ‘korban’ yang terbaik untuk Raja. Apapun masalah/persoalan kita, milikilah gaya hidup memuji dan menyembah Tuhan, itulah korban yang menyenangkan Raja (kesukaan Raja). Persembahan ketiga, mur. Terjemahan Inggris adalah “Myrrh” atau getah yang mengeluarkan wangi-wangian. Mur ini berbicara tentang ketekunan (lihat juga Ibrani 10:36). Setiap kita yang setia dan tekun melakukan kehendak Allah, janji Allah pasti tergenapi dalam kehidupan kita! Dalam dunia ini, perkara sesederhana apapun itu jika kita tidak tekun tentu tidak akan sukses mengerjakannya. Janji Tuhan itu pasti digenapi. Pertanyaannya adalah apakah kita tekun dalam melakukan Firman Tuhan. Sebab Tuhan meminta ketekunan kita sebagai persembahan terbaik bagiNya.
Golongan yang kedua, yaitu kelompok ahli Taurat dan imam kepala (ay. 4). Mereka ini adalah orang-orang yang selalu berkutat dengan hal-hal rohani, yang menyelidiki dan mempelajari hukum Taurat dan kitab para nabi. Mereka mengetahui bahwa Mesias akan lahir di Betlehem tapi mereka tidak berada di tempat sang Raja lahir (menolak kedatangan sang Raja). Mereka yang seharusnya menuntun bangsa Yahudi untuk datang dan menyembah Raja yang baru lahir itu, namun mereka menutup semua kebenaran itu. Mengapa? Karena mereka takut kehilangan otoritas dan pengikut dari bangsa Yahudi. Para ahli Taurat dan imam kepala takut bahwa orang Yahudi tidak akan mendengar mereka lagi, sebab bangsa itu pasti lebih mendengar perkataan Raja (Yesus, Mesias itu).
Hari ini sama, ketika perkataan (Firman) dari sang Raja itu turun dalam kehidupan kita, maka perkataan manusia tidak akan berarti apa-apa.
Mari kita renungkan, dari kedua golongan di atas dimanakah kita berada? Apakah kita datang menyambut Mesias itu hanya sebagai Tuhan ataukah juga sebagai Raja? Sebatas tradisi, terpesona dengan kuasa (kesembuhan & mukjizat) dan janji Tuhan ataukah kita merajakan Dia, Yesus, sebagai Raja yang memerintah dalam hati kita? Persembahkanlah hatimu sebagai persembahan yang terbaik. Tuhan senang dengan hati kita!