Pdm. Daniel Januar, MA
10 September 2006
“ANUGERAH”
Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 1:16,17
Kerajaan Allah disebut the up side down Kingdom atau kerajaan sangat berkebalikan dengan kerajaan dunia. Ketika kita memaksakan cara/kehendak kita (dunia), kita tidak akan pernah bisa on-line dengan Kerajaan Allah. Ketika sudut pandang/pola pikir kita adalah pola pikir dunia ini, kita tidak akan bisa paralel dengan Kerajaan Allah. Sebab yang Yesus mau cara/pola pikir adalah yang sama dengan pola pikir KerajaanNya.
Dalam Yohanes 1:16-17 di atas, kita melihat bahwa Yesus datang bukan membawa hukum, tapi kasih karunia. Tujuan Yesus datang untuk yang membawa sesuatu yang baru, yang sebelumnya mereka tidak pernah memikirkan, melihatnya dan mengalaminya. Tapi, gaya hidup yang seperti inilah yang Tuhan Yesus mau itu terjadi dalam setiap kehidupan kita.
Yesus datang membawa KASIH KARUNIA (ANUGERAH).
Dengan kita menerima Dia sebagai Juruselamat, sebenarnya kasih karunia itu telah ada dalam kita. Jadi, mari kita ubah paradigma kita kita (Metanoia : pembaharuan pikiran/perspektif).
Yohanes memulai pelayanannya dengan mengatakan, “Yesus datang membawa kasih karunia, Musa datang membawa hukum” Jadi, apakah kita tidak memerlukan hukum? Tidak. Kita memerlukan hukum, tapi hukum adalah hukum (low is low). Hukum tidak bisa mengubah apapun/siapapun, sebaliknya hukum lebih banyak gagal daripada merubah. Contoh : hukum selalu berkata, “Jangan!” Kecenderungan manusia semakin dilarang, bukankah manusia itu cenderung semakin melanggarnya.
Pola kerajaan Allah begitu berbeda dengan dunia ini. Dunia memandang sistem fairness, justice, dan righteousness (pola keadilan); tapi pola Kerajaan itu adalah grace, mercy dan love. Apa kewajiban Tuhan sehingga Dia harus datang ke dalam dunia dan mati buat manusia (kita)? Jawabannya : TIDAK ADA! Saat Adam dan Hawa (manusia) mengambil keputusannya sendiri untuk tidak mentaati/melanggar Firman Allah, tidak ada intervensi Allah disitu.
Problem manusia itu hanya satu, yaitu “dosa”. Pertanyaannya adaah mengapa Allah mengijinkan manusia (Adam dan Hawa) itu jatuh dalam dosa, yang mengakibatkan seluruh keturunannya dilahirkan dengan sifat dosa (sin nature), bukankah Allah Maha Tahu? Sifat itu tidak bisa diubah, sifat itu menetap. Dosa ada dalam DNA kita. Misalnya, anak balita, tanpa pernah kita kita ajari untuk berbohong, anak itu bisa saja berbohong. Jawabannya, adalah Tuhan mengijinkan itu terjadi karena Tuhan begitu menghargai ciptaanNya. Manusia diciptakan bukan untuk menjadi robot, tapi dengan kehendak bebas. Maksudnya adalah bahwa Adam dan Hawa bisa mengambil pilihan sesuai dengan keinginan mereka sendiri, tanpa intervensi Tuhan.
Kalau di taman Eden, Allah tidak memberikan pilihan, apa artinya kehendak bebas. Allah menghargai pilihan manusia dan memberitahu konsekuensi pilihan mereka tersebut. Dan mereka jatuh!
Tapi oleh anugerahNya, kita diselamatkan! Anugerah itu pemberian (gift)!
Hukum hanya untuk anak kecil (sebab hukum itu hanya 2 hal, yaitu ”boleh/ya” dan ”jangan/tidak”). Hukum itu menuntut; anugerah itu memberi. Semakin kita ”bercermin” padanya, semakin kita menyadari kesalahan/kegagalan yang berulang kali kita lakukan. Tidak ada satu manusia pun yang layak masuk ke hadiratNya, tapi hanya anugerahNya, kita dilayakkan menghampiri tahtaNya yang kudus, berjumpa dengan Raja diatas segala Raja dan Tuhan diatas segala Tuhan.
(Tahukah Saudara : Standar Alkitab adalah standar di atas rata-rata? Kita berzinah, bukah saja ketika kita melakukan itu, tapi ketika kita memandang lawan jenis dan timbul berahi dalam hati kita. Kita dikatakan berzinah. Atau, kita tidak perlu membunuh, ketika kita membenci saudara-saudari kita. Kita sama dengan membunuh mereka. Dan berapa banyak kali kita melakukannya?)
Dalam kehidupan kekristenan, hal yang tidak mudah ditaklukkan adalah ”pengampunan.” Tidak gampang untuk mengampuni. Kita sering berdoa doa Bapa Kami, ”dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” (Mat.6:12). Kita berdoa minta dosa kita diampuni, tapi kita tidak mengampuni orang lain. Kenapa? Karena kita hidup dengan pola pikir hukum. Hukum menuntut keadilan. Tapi kalau kita mengerti anugerah, kita akan mudah untuk mengampuni. Kasih karunia bekerja lebih dasyat dari hukum. Dunia ini diselamatkan bukan oleh hukum tapi oleh anugerahNya.
Hukum hanya untuk anak-anak, tapi kasih karunia untuk orang dewasa. Sebab, anugerah menunjukkan kedewasaan.
Yesus adalah cerminan dari kasih karunia. Kita dipilih dan diselamatkan itu semata hanya oleh anugerah. Waktu Yesus di kayu salib dia mengatakan, ”Sudah selesai!” Artinya, tidak ada lagi yang bisa kita kerjakan/perbuat. Semuanya telah diselesaikan di kayu salib. Tidak ada sedikit pun usaha/andil kita (Efesus 2:8-9).
Kita memerlukan mukjizat. Mukjizat adalah sesuatu yang tidak bisa/dapat lakukan. Apa pun yang kita lakukan dan dengan cara apa pun itu, kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita perlu mukjizatNya. Hari ini, masalahmu, persoalanmu, dan pergumulan rumah tanggamu, Yesus bilang, ”Sudah selesai!”
Bahkan semua yang kita dapat kerjakan, itu karena kasih karunia yang dianugerahkan pada kita, ada kemampuan Tuhan dalam kita (I Korintus 15:9,10). Jadi, tidak ada alasan untuk kita memegahkan diri. Nilai dari ROCK adalah kerendahan hati (humility). Milikilah kerendahan hati, bukannya rendah diri. Kerendahan hati baru dapat terjadi kalau ada kasih karunia. Karena pada dasarnya manusia itu sombong. Saat kita merasa diri kita adalah orang yang rendah hati, sebenarnya kita sedang menjadi orang yang sombong.
Belajarlah hidup dalam anugerah atau kasih karuniaNya! Anugerah itu kuasa untuk menang atas semua kelemahan dalam diri kita akibat dosa. Anugerah itu memampukan kita untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan. Anugerah menciptakan rasa aman dalam diri kita.